Ketika memasuki area pemakaman, kita sering melihat orang yang melangkahi pusara atau pun duduk diatasnya. Bahkan masih banyak orang yang membicarakan bisnisnya di area pemakaman, sambil menatap batu nisan yang berjajar. Lain halnya dengan para ulama terdahulu, mereka menjadikan kematian sebagai bahan pelajaran yang sangat berharga.
Pada suatu hari, Sayidina hasan Al - Bashri ra menjenguk seorang lelaki yang lagi sakit. Sesampainya di sana, ternyata lelaki itu sedang berjuang menghadapi kematian. Tidak lama kemudian, dengan wajah pucat beliau pulang ke rumah. Ternyata disana, keluarga beliau telah menyiapkan makan. Tetapi tidak sedikitpun Hasan Al - Bashari ra menyentuhnya.
"Apakah engkau tidak ingin memakan hidangan yang kami sediakan ini ?" tanya keluarga beliau.
"Makanlah kalian, aku baru saja melihat sebuah peristiwa yang membuatku tidak sempat memikirkan makanan," jawab beliau ra.
Dalam kesempatan yang lain, di sebuah pemakaman Hasan Al - Bashri ra melihat seorang lelaki menyantap sepotong roti dengan lahap. Beliau pun berkata kepadanya, "Apakah dengan menyaksikan makam - makam yang ada di perkuburan ini engkau tidak dapat memetik pelajaran yang dapat membuatmu tidak ingin makan ?" (Lihat Syeikh 'Abdul Wahhab Asy - Syarani, Syaru Mukhtashari Tadzkiratil Qurthubi, Al - Haramain, Singapura - Jeddah - Indonesia, hal 6)
Sebenarnya, ziarah adalah sebuah kunjungan ruhani. Ziarah ke makam seseorang yang telah meninggal dunia tidak jauh berbeda dengan mengunjungi rumah seseorang yang masih hidup. Oleh karena itu, setiap peziarah harus mengetahui tata kesopanan yang berlaku disana.
Disadur dari buku beliau Habib Novel "Mana Dalilnya 1" halaman 74 -75
0 komentar:
Posting Komentar