Para ulama telah memberikan sebuah rumusan atau kaidah. Man syabba 'alaa syaiin syaaba 'alaihi, waman syaaba 'alaahi maata 'alaaihi, barang siapa yang memiliki suatu kebiasaan saat mudanya, maka kebiasaan itu dibawa sampai tua, dan barang siapa yang punya kebiasaan sampai tua, maka ia akan mati dengan membawa kebiasaan itu.
Kebiasaan buruk itu tidak hilangkan, khawatir terus melekat, sampai tua, dan akhirnya dibawa mati. Na'udzubillah. Sebaliknya, kita harus memperbanyak kebiasaan baik mulai muda, sehingga saat tua, kebiasaan baik itu semakin mengakar dan akhirnya dibawa sampai datangnya kematian.
Ada sebuah contoh orang yang kebiasaan buruknya dibawa mati. Ada seseorang yang sejak muda sampai tua terbiasa mengucapkan kalimat cacian atau kata - kata kotor (jawa : misuh). Suatu saat dia pulang dari dari pasar lewat rel kereta. Rupanya pikirannya melamun kemana - mana. Sehingga tidak sadar kalau dari arah belakang ada kereta api yang malaju dengan cepatnya. Bunyi klakson dan gemuruh suara kereta rupanya tidak didengarnya. Teriakan warga di kanan kiri rel juga tidak dihiraukannya. Dan saat kereta tinggal beberapa centimeter ia baru sadar. Spontan, iapun mengeluarkan kata - kata kotor / misuh (yang sudah biasa keluar dari mulutnya). Tubuhnya hancur ia meneriakan kalimat kotor yang sudah jadi kebiasaanya. MasyaAllah.
Sebaliknya, ada kisah seorang ibu yang istiqomah atau terbiasa dengan kebaikan. Ia rajin hadir majelis taklim, dan iapun punya perkumpulan majelis khataman Al - Quran. Suatu ketika, sang ibu ini mengikuti majelis khataman Al - Quran. Saat pembacaan juz 30 yang dilakukan salah satu jamaah, tibalah pada surat Al - Muhthoffifin, dimana disana ada ayat KALLA BAL ROONA 'ALAA QULUUBIHIM ... rupanya sang pembaca kurang faham, sehingga bacaanya kurang pas. Maka sang ibu mengingatkan, KALLAA BAL .... ROONA, bacaan saktah, berhenti sejenak tanpa bernafas. Sang ibu itu mencontohkan cara membaca yang benar, KALLA BAL ... bukanya berhenti sejenak, eh ternyata ibu ini nafasnya berhenti untuk selamanya saat mengajarkan bacaan Al - Quran. Subhanallah. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak kebiasaan yang baik.
Ada suatu ungkapan populer di masyarakat yang kurang pas, yaitu SEHIDUP SEMATI. Sebagai orang mukmin. kita harus merubahnya menjadi SEHIDUP SESURGA. Setiap orang hidup pasti akan mati. Nah, jangan sampai hanya sehidup semati, sementara di akhirat tidak bertemu. Yang satu di surga, yang lain di neraka. Kita ingin kita dan semua keluarga, jamaah dan ummat islam sama - sama di surga. Al - Quran sudah menyatakan bahwa orang - orang mukmin akan bertemu dan berkumpul dengan anak cucunya yang sama - sama beriman kelak di surga. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, "Dan orang - orang yang beriman dan anak - cucu mereka mengikuti jejak mereka dengan memilih iman. Kami akan menggabungkan anak cucu mereka itu dengan mereka dan Kami tidak akan mengurangi amalan mereka sedikitpun. Setiap orang tergantung kepada amalanya". (QS. Ath - Thur : 21).
Inilah pertemuan atau reuni akbar orang - orang yang beriman. Reuni di dalam surga. Dan perlu kita ingat, bahwa surga itu disediakan bagi orang - orang yang bertaqwa (u'iddat lilmuttaqin).
Disarikan dari pengajian Halal bi Halal MT. Rahmatul Ummat, Jl. Jombang 7 Malang
Oleh : Ustadz Faris Khoirul Anam
0 komentar:
Posting Komentar