Syaikh Muhammad As-Sinqithi menceritakan satu kisah nyata yang lucu tapi juga ironis. Beliau menceritakan bahwa seorang nonmuslim tinggal di kota Damaskus. Bertahun-tahun lamanya ia berjualan minyak tanah. Setelah lebih dari dua puluh tahun berada di Damaskus, ia merasa saatnya kembali ke negerinya. Lalu ia pun mendatangi seseorang yang terlihat ahli ibadah. Ia datang kepada orang itu dan berkata, “Wahai Tuan, sekarang ini usiaku 60 tahun. Selama aku tinggal di negeri kalian, negeri Islam, aku telah tertarik kepada Islam. Apakah, jika aku masuk ke dalam Islam, Allah akan mengampuniku atas segala yang telah aku perbuat selama ini?”
Orang itu berkata kepadanya, “Enam puluh tahun engkau bergelimang dalam kemaksiatan, dosa, dan berbagai kenistaan lalu begitu saja ingin lepas dari semua itu dan engkau ingin masuk ke dalam surga? Sulit... hal itu tidak akan mungkin... tidak ada jalan keselamatan bagimu!”
Sampai di situ selesailah permasalahannya, dan orang itu pun mempercayainya. Ia pun kembali ke rumahnya dalam keadaan bersedih dan diliputi duka.
Namun, setelah enam bulan berlalu, hasrat dan keinginan yang kuat di dalam hatinya untuk menetapi jalan kebaikan membawanya untuk datang kepada Syaikh Muhammad As-Sinqithi, yang menceritakan kisah itu.
Nonmuslim itu berkata kepada Syaikh Sinqithi, “Apakah mungkin aku masuk Islam?”
“Baiklah, sekarang ucapkan dua kalimah syahadat!”
“Apakah engkau yakin bahwa itu mungkin untukku?”
“Engkau rela Islam sebagai agamamu dan yakin terhadapnya?”
“Ya”
“Sekarang, ucapkanlah dua kalimah syahadat dan jangan ragu.”
Nonmuslim itu pun bersyahadat dan menangis setelahnya.
Syaikh Sinqithi pun bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
“Aku pergi kepada seorang syaikh sebelum ini, atau seorang yang rupanya seperti seorang syaikh, tapi ia berkata kepadaku, ‘Tidak mungkin ada jalan selamat untukmu...’.”
“Siapa dia?”
“Si Fulan di daerah anu...”
Syaikh Sinqithi pun mengunjungi orang yang ditunjukkan oleh nonmuslim tadi.
Setelah bertemu, ia bertanya kepadanya, “Apakah benar beberapa bulan yang lalu ada seorang kelana yang datang kepadamu dan menyatakan bahwa ia hendak masuk Islam lalu engkau katakan kepadanya, ‘Sudahlah, tak ada gunanya... engkau sudah 60 tahun....’
Orang itu menjawab, “Benar.”
“Bagaimana mungkin engkau melakukan hal seperti itu?”
“Allah adalah Tempat meminta pertolongan. Orang ini sudah 60 tahun menghabiskan umurnya dalam keharaman, bersenang-senang dengan perempuan dan segala yang dia inginkan dari dunia, lalu nanti dia akan masuk surga bersama kita?! Ini masalah besar... Dia akan masuk surga bersama kita?!”
Hikmah dari kisah ini, di dalam kisah ini terdapat tiga masalah, akan tetapi semuanya kembali kepada satu masalah, yakni DENGKI.
Masalah pertama, dia (“ahli ibadah” itu) tidak menginginkan adanya nikmat bagi orang lain.
Masalah kedua, dia meyakini bahwa dirinya masuk surga. Ini adalah musibah yang kedua. Ujub telah mewariskan kesombongan di dalam hatinya ( dia masuk surga bersama kita?!).
Apakah engkau dapat menjamin bahwa engkau pasti masuk surga?
Masalah yang ketiga adalah sesuatu yang paling dalam. Sesungguhnya dia merasa dirinya rugi bahwa dirinya terhalang dari maksiat. “Bagaimana mungkin orang ini tenggelam dalam maksiat sedangkan aku tidak?” Karenanya dia marah, mengapa orang lain melakukan maksiat sedangkan dirinya tidak.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Tidak lain sebabnya adalah DENGKI.
Dikisahkan oleh Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri.
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar