Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Senin, 21 Maret 2016

Kedengkian Yang Membutakan Hati

Syaikh Muhammad As-Sinqithi men­ceritakan satu kisah nyata yang lucu tapi juga ironis. Beliau menceritakan bahwa seorang nonmuslim tinggal di kota Damaskus. Bertahun-tahun lamanya ia berjualan minyak tanah. Setelah lebih dari dua puluh tahun berada di Damas­kus, ia merasa saatnya kembali ke negerinya. Lalu ia pun mendatangi sese­orang yang terlihat ahli ibadah. Ia datang kepada orang itu dan berkata, “Wahai Tuan, sekarang ini usiaku 60 tahun. Se­lama aku tinggal di negeri kalian, negeri Islam, aku telah tertarik kepada Islam. Apakah, jika aku masuk ke dalam Islam, Allah akan mengampuniku atas segala yang telah aku perbuat selama ini?”


Orang itu berkata kepadanya, “Enam puluh tahun engkau bergelimang dalam kemaksiatan, dosa, dan berbagai kenis­ta­an lalu begitu saja ingin lepas dari se­mua itu dan engkau ingin masuk ke dalam surga? Sulit... hal itu tidak akan mungkin... tidak ada jalan keselamatan bagimu!”

Sampai di situ selesailah perma­sa­lahannya, dan orang itu pun memper­ca­yai­nya. Ia pun kembali ke rumahnya dalam keadaan bersedih dan diliputi duka.


Namun, setelah enam bulan berlalu, hasrat dan keinginan yang kuat di dalam hatinya untuk menetapi jalan kebaikan membawanya untuk datang kepada Syaikh Muhammad As-Sinqithi, yang menceritakan kisah itu.

Nonmuslim itu berkata kepada Syaikh Sinqithi, “Apakah mungkin aku masuk Islam?”

“Baiklah, sekarang ucapkan dua kali­mah syahadat!”

“Apakah engkau yakin bahwa itu mung­kin untukku?”

“Engkau rela Islam sebagai agama­mu dan yakin terhadapnya?”

“Ya”

“Sekarang, ucapkanlah dua kalimah syahadat dan jangan ragu.”

Nonmuslim itu pun bersyahadat dan me­nangis setelahnya.

Syaikh Sinqithi pun bertanya kepada­nya, “Apa yang membuatmu menangis?”

“Aku pergi kepada seorang syaikh se­belum ini, atau seorang yang rupanya seperti seorang syaikh, tapi ia berkata ke­padaku, ‘Tidak mungkin ada jalan se­lamat untukmu...’.”

“Siapa dia?”

“Si Fulan di daerah anu...”

Syaikh Sinqithi pun mengunjungi orang yang ditunjukkan oleh nonmuslim tadi.

Setelah bertemu, ia bertanya kepada­nya, “Apakah benar beberapa bulan yang lalu ada seorang kelana yang datang ke­padamu dan menyatakan bahwa ia hendak masuk Islam lalu engkau katakan kepadanya, ‘Sudahlah, tak ada guna­nya... engkau sudah 60 tahun....’

Orang itu menjawab, “Benar.”

“Bagaimana mungkin engkau me­lakukan hal seperti itu?”

“Allah adalah Tempat meminta perto­longan. Orang ini sudah 60 tahun meng­habiskan umurnya dalam keharaman, ber­senang-senang dengan perempuan dan segala yang dia inginkan dari dunia, lalu nanti dia akan masuk surga bersama kita?! Ini masalah besar... Dia akan masuk surga bersama kita?!”

Hikmah dari kisah ini, di dalam kisah ini terdapat tiga masalah, akan tetapi semuanya kembali kepada satu masalah, yakni DENGKI.

Masalah pertama, dia (“ahli ibadah” itu) tidak menginginkan adanya nikmat bagi orang lain.

Masalah kedua, dia meyakini bahwa dirinya masuk surga. Ini adalah musibah yang kedua. Ujub telah mewariskan ke­sombongan di dalam hatinya ( dia ma­suk surga bersama kita?!).

Apakah engkau dapat menjamin bah­wa engkau pasti masuk surga?

Masalah yang ketiga adalah sesuatu yang paling dalam. Sesungguhnya dia me­rasa dirinya rugi bahwa dirinya terhalang dari maksiat. “Bagaimana mung­kin orang ini tenggelam dalam maksiat sedangkan aku tidak?” Karenanya dia ma­rah, mengapa orang lain melakukan mak­siat sedangkan dirinya tidak.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Tidak lain sebabnya adalah DENGKI.

Dikisahkan oleh Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri.

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Kedengkian Yang Membutakan Hati Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar