Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Jumat, 24 Juni 2016

Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan | Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (q)

Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (q)
Fenton Haqqani Retreat Center, Fenton, Michigan
8 Januari 1999



Sepuluh hari pertama di Bulan Ramadan adalah rahmat... kalian harus mempersiapkan diri untuk menerima rahmat itu—rahmat itu ada di sana.  Allah (swt) mengirimkannya—kalian hanya tinggal menerimanya.  Jika kalian mengambilnya dan menyimpannya di dalam kalbu kalian, kalbu kalian akan bersinar dan bercahaya.  Kemudian 10 hari kedua adalah maghfirah, ampunan.  Dan jika Allah (swt) memberi sesuatu, maka ia akan benar-benar diberikan.  Allah (swt) tidak seperti kita—HASHA! Saat Dia berfirman bahwa sepuluh hari terakhir adalah itqun minan-naar, kebebasan dari api neraka, maka itu benar-benar bermakna seperti itu: kebebasan dari api neraka.
Dan Rahmat Allah (swt) Maha Luas, wa wasi'at rahmatii kulla sya'i—dan Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.  Karena itu, 10 hari terakhir ini adalah itqun min an-naar. Dan setiap orang mengejar kebebasan dari api neraka.

Jangan biarkan kesempatan ini tergantung antara langit dan bumi!  Ambillah!  Kalian sering mengomel [dengan lidah kalian].  Dalam hari-hari ini jangan terlalu banyak bicara!  Peliharalah lidah kalian untuk mengucapkan, “Allah, Allah, Allah” dan mengucapkan shalawat atas Nabi (s).  Jangan habiskan waktu kalian berbicara
omong kosong!  Kurangi bicara!  Sibukkan diri kalian lebih banyak
dengan menyebut-Nya, zikrullah!  Dan sibukkan diri kalian dengan menghadirkan Allah (swt) di dalam kalbu kalian.

Bagaimanakah para Awliya, Kekasih-kekasih Allah (swt), mencapai maqam Wilayah (Kewalian)?  Jalannya sangat mudah, tetapi juga sangat sulit. Allah (swt) tidak mengharapkan banyak dari kalian karena Allah (swt) tahu bahwa diri kita sangat lemah. Dia tidak meminta kita untuk terbang dari timur ke barat dalam waktu satu detik dengan roket.  Kita tak mampu karena kita lemah.  Tetapi, Allah (swt) menginginkan diri kita bergerak dari timur ke barat.  Kita tahu bahwa kita tak mampu menjangkau barat dengan pergerakan yang kita lakukan, karena itu kecil sekali, tak berarti, bagaikan seekor semut.  Seekor semut tak akan pernah mampu bergerak dari timur ke barat—ia akan mati lebih dulu.  Kalian pun sama, tak akan pernah mampu, tetapi tugas kalian adalah untuk bergerak, sampai kemudian Allah (swt) dengan rahmat-Nya akan membawa kalian.  Dia akan melimpahkan rahmat-Nya pada kalian untuk menempatkan diri kalian di sisi lain itu, dengan usaha sungguh-sungguh dari sisi kalian, sambil tidak meminta balasan apapun atas amal-amal kalian itu.

Hal ini sangat penting dalam tarekat!  Saat diri kalian melakukan sesuatu, kalian tidak melakukan tawar-menawar dengan Allah (swt).  “Aku melakukan perbuatan ini agar Engkau memberiku pahala.”  Tidak, kalian melakukannya untuk Allah (swt)--`alaa lillahi ad-diin al-khalis—Tidak ada keraguan untuk Allah (swt)-lah agama yang tulus. Satu-satunya yang diterima adalah penghambaan penuh ('ubudiyyah), bukan yang lain.  Nabi (s) tidak pernah meminta sesuatu bagi dirinya sendiri, melainkan hanya untuk umatnya.  Bagi dirinya sendiri, beliau berserah diri sepenuhnya kepada Allah (swt).  Apapun yang kalian lakukan, lakukanlah tanpa kesombongan dan tanpa kebanggaan. Perlahan-lahan Allah (swt) akan membawa kalian dari sini ke sana.

Karena itulah kita harus sangat berhati-hati dalam 10 hari terakhir ini.  Mereka yang akan duduk (dalam I’tikaf) Allah (swt) akan mengangkat mereka, mengirimkan pada mereka berkah, rahmat, dan itqun minan-naar—pembebasan dari api neraka.  Dan mereka yang sibuk (dengan pekerjaannya) dapat pula menjaga kalbu-kalbu mereka tetap terbuka untuk menerima berkah itu.

Dan kita kembali pada pertanyaan: Bagaimanakah awliya mencapai maqam mereka? Sekali lagi, jalannya mudah sekaligus juga sulit.  Jalan itu mudah karena mereka bergerak.  Jalan itu sulit karena mereka tahu bahwa mereka tak mampu mencapai dari timur menuju barat.  Sekalipun demikian, mereka bergerak perlahan, perlahan dan hal ini menjadi mudah karena Allah (swt) mengambil mereka, membawa mereka dan menaruh mereka di sana, di sisi yang lain.  Mereka pasrah dan berserah diri pada perintah dan ketetapan Allah (swt) melalui perintah Nabi-Nya shall-Allahu 'alayhi wasallam.  Perintah Nabi (s) dan perintah Allah (swt) adalah satu, “Athi'ullaaha wa athi'u r-rasul.” “Taatilah Allah dan taatilah Rasul.”  “Man atha'ar-rasul faqad atha'-Allah”—“Siapa yang taat pada Nabi (s) berarti ia taat pada Allah (swt).”

Asy-syhadu an la ilaha illa Allah adalah satu bagian dari syahadat.  Beberapa ulama mengatakan bahwa tidak perlu mengucapkan wa asyhadu anna Muhammadun rasulullah—cukup ucapkan, asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadun rasulullah karena semuanya adalah satu syahadah.

Jadi, jalannya hanya satu—tidak ada dua jalan.  Itu berarti kalian harus menjaga agar kalbu kalian sibuk dengan zikrullah, dalam Hadirat Allah (swt) pada saat yang sama ketika kalian sibuk bekerja.  Insya Allah, Allah (swt) akan menunjukkan pada kita jalannya.  Buatlah niat untuk I’tikaf.  Bagi mereka yang bekerja untuk Islam, ini pun dianggap sebagai I’tikaf.  Jangan bicara terlalu banyak!  Jangan mengeluh!  Biarlah semuanya berjalan apa adanya dalam sepuluh hari ini dan lakukan semuanya dengan ikhlas dan murni untuk Allah (swt)!  Dan jangan meminta apapun kepada makhluk-Nya.

wa shalla Allahu `alaa Sayyiddina Muhammadin wa `alaa alihi wa shahbihi wa sallam

Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan | Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (q) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar