Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Kamis, 19 Maret 2015

Karpet Kotor

Dikisahkan ada seorang ibu yang sangat tanggap dan cekatan, yang mampu mengatasi berbagai pekerjaan rumah tangga, termasuk belanja, memasak, mencuci, hingga menjaga kebersihan rumah seorang diri tanpa bantuan rumah tangga. Ibu tersebut sangat senang akan kebersihan. Sayangnya, suami dan keempat anaknya berulang kali mengotori karpetnya. Tentu saja hal ini cukup membebaninya, keinginannya akan sebuah karpet yang selalu bersih.



Setiap kali melihat karpet tersebut kotor, ia tidak kuasa mengendalikan amarahnya. Suami dan keempat anaknya menjadi sasaran kemarahannya. Untuk mengatasi permasalahannya ini, keluarga menyarankan agar dirinya bertemu dengan psikolog bernama anggap saja dengan nama "Siti Gia Permatasari". Psikolog ini mendengarkan cerita wanita tersebut dengan seksama. Kemudian sambil tersenyum, Gia berkata,

"Tolong pejamkan mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan".

Ia pun melaksankan perintah sang psikolog dan mendengarkan petunjuknya dengan seksama.

"Coba bayangkan rumah ibu rapih dan karpet ibu bersih tanpa noda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu ?"

Dengan mata terpejam tampak senyum ibu itu merekah di wajahnya. Raut mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan banyangan yang dilihatnya.

Siti Gia Permatasari melanjutkan,

"Maaf, bu, itu artinya tidak ada seorangpun di sisi ibu. Tak ada suami, tak ada anak - anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka".

"Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang - orang yang ibu kasihi".

Mendengar ucapan sang psikolog, wajah sang ibu seketika berubah keruh. Senyumnya menghilang, nafasnya memburu seolah terisak. Ia merasa gelisah memikirkan anak dan suaminya.

"Sekarang bayangkan lagi, coba lihat karpet ibu kotor, banyak jejak sepatu dan debu disana. Itu artinya suami dan anak - anak ibu ada di rumah, orang - orang yang ibu cintai adda bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu, ujan Gia.

Ibu itu tersenyum kembali.

"Sekarang, bukalah mata ibu. Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Aku tahu maksud anda," ujar sang ibu.

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana ia tahu keluarga yang dikasihinya ada dirumah.

Hikmah Di Balik Kisah
Kita seringkali lupa mana hal yang penting dan mana yang lebih penting. Tidak jarang, karena hal yang tidak menyenangkan menurut kita, justru kita abaikan hal yang sangat menyenangkan. Kita menjadi buta dan tuli sehingga tidak bisa melihat nikmat agung yang ada di sekitar kita.
Menuntut kesempurnaan dalam arti yang benar memang bagus, akan tetapi jangan sampai hal itu membuat kita menyingkirkan kehangatan yang kita miliki.
Teriakan dan tangisan anak, canda mereka, sebenarnya anugerah yang tiada tara, sayangnya, kesibukaannya dan keinginan kita yang laiin seringkali membuat kita tidak bisa merasakan dan melihat nikmat tersebut.
Semoga kisah yang saya posting ini bisa membuat kita lebih menghargai setiap waktu kita bersama keluarga dan teman.
Tidak sempurna tidaklah menjadi masalah, karena kebahagiaan itu lebih penting

Karpet Kotor Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar