Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Kamis, 19 Maret 2015

Petani Miskin dan Kuda Putih

Dahulu kala ada seorang petani miskin yang memiliki seekor kuda putih yang sangat bagus dan gagah. Suatu hari seorang saudagar kaya ingin membeli kudah itu dan menawarnya dengan harga yang sangat tinggi. Akan tetapi petani miskin itu tidak berkenan menjualnya. Teman dan tetangganya berkata, "Sungguh mujur dan beruntung nasibmu kudamu ditawar tinggi oleh saudagar terkaya di desa ini. Terima saja tawarannya, engkau akan bergelimang harta,"


Dengan tersenyum petani itu berkata, "Siapa yang mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur, sial atau beruntung."

Selang beberapa hari kemudian, kuda kesayangannya tersebut hilang. Tetangganya dan semua temanya mengejeknya, Mereeka berkata, "Sungguh malang nasibmu, seandainya engkau mau menjualnya kepada saudagar kaya tersebut beberapa hari yang lalu, maka engkau akan bergelimang harta. Sekarang kudamu hilang dan engaku pun tidak mendapatkan apa - apa."



Tidak beda dengan beberapa hari sebelumnya, petani itu menjawab ucapan mereka sambil tersenyum dan berkata, "Siapa yang mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur, sial atau beruntung."

"Tentu saja nasibmu malang, engkau begitu sial, kuda kesayanganmu yang ditawar tinggi hilang" sahut teman dan tetangganya membantah.

Seminggu kemudia kuda petani itu pulang dan ada dua puluh ekor kuda liar yang ikut bersamanya. Mendengar dan melihat kenyataan ini, teman dan tetangganya petani itu berkata, "Sungguh beruntung dirimuu, kudamu pulang dan membawa teman pula."

Petani itu menjawab ucapan mereka dengan kalimat yang sama, "Siapa yang mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur, sial atau beruntung ."

Hari berikutnya anak semata - wayangnya petani miskin itu mencoba untuk menjinakkan salah satu kuda liar tersebut. Sungguh disayangkan, ia terlempar dari punggung kuda liar itu dan kakinya patah. Para tetangga kemudian berkata,. "Sungguh malang nasibmu, kudamu membawa sial, ankmu semata wayanng patah kakinya karenanya."

Petani itu tetap menjawab dengan kalimat yang sama. "Siapa yang mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur, sial atau beruntung."

Sebagian tetangganya pun menjadi jengkel dan berkata, "Tentu saja pata kakinya anakmu adalah sebuah kesialan, suatu hal patah kakinya anakmu adalah sebuah kesialan suatu hal yang tidak baik untuknya, betapa anehnya kau ini."

Seminggu kemudian, pasukan tentara datang ke desa itu dan mendata semua pemuda yang cukup umur dan sehat untuk diangkat sebagai prajurit kerajaan karena darurat perang. Mereka langsung diterjunkan ke medan perang yang letaknya jauh dari desa tersebut. Anak petani yang patah kakinya tidak masuk dalam daftar wajib militer, karena ia dianggap cacat fisik. Para tentangga yang terpisah dengan anak - anak mereka mendatangi petani tersebut dan berkata kepadanya."

"Alangkah mujurnya nasibmu, kudamu menjadi banyak dan anakmu tidak masuk dalam daftar wajib militer."

Dengan tenang petani itu menjawab,

"Siapa yang mengetahui kemujuran seseorang."

Hikmah Di Balik Kisah
Kita seringkali terlalu mudah dalam membuat kesimpulan dengan menghakimi suatu keadaaan sebagai nasib baik atau buruk. Sebenarnya segala yang terjadi adalah sebuah rangkaian proses. Syukurilah dan terimalah saja apa pun keadaan yang terjadi saat ini dengan penuh prasangka baik dan tidak terlena dengan kebaikan yang kita peroleh, karena apa yang tampak baik pun belum tentu itu baik dan apa yang tampak buruk, belum tentu itu buruk.

Petani Miskin dan Kuda Putih Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar