Seorang istri bercerita kepada suaminya sambil menahan isak tangis, "Sungguh sial. Kalung emas pemberianmu tadi dirampok saat belanja di pasar."
Bukannya menenangkan istrinya, si suami malah marah, "Salah sendiri. Mengapa ke pasar memakai kalung ? Kamu pikir itu kalung murahan ? Kamu pikir uang mudah dicari ?".
Sang istripun tak mau kalah, "Sudah jelas bukan salahku. Perampok berhati kejam itulah yang bersalah. Dari dulu kamu selalu menyalahkanku saja."
"Kalau bukan salahmu, lalu apa kemudian menjadi salahnya aku ? Apa aku yang bersalah karena menghadiahkan kalung emas kepadamu ? Dasar istri tidak tahu diuntung."
Mertua yang mendengar pertengkaran menjadi semakin sengit akhirnya dari dalam dapur dan berkata "Sudahlah. Untuk apa diributkan ? Bagaimanapun kalian bertengkar, kalungnya juga tidak akan kembali. Coba Pikir. Kalian sudah rugi dirampok, sekarang malahan tambah rugi karena bertengkar dan sakit hati. Bukankah bodoh itu namanya ? Ambillah hikmahnya dan belajarlah bersyukur dari kejadian ini."
"Bersyukur ? Masak sudah dirampok, masih harus bersyukur? Ma, seharusnya orang bersyukur karena mendapatkan rezeki, bukannya kehilangan." bantah anaknya.
Melihat raut wajah mereka, sang ibu pun melanjutkan "Bersyukurlah karena bukan kamu yang merampok. Itu tandanya kamu bukan perampok. Bersyukurlah bukan nyawamu yang dirampok. Bersyukurlah bukan mama yang dirampok, karena jantung mama pasti tidak kuat. Bersyukurlah karena kamu diberikan pengalaman untuk lebih berhati - hati. Bersyukurlah karena kamu dirampok. Itu tandanya kamu kaya sehingga bisa memberi kepada perampok itu. Dan bersyukurlah, mungkin kalian sudah membantu seseorang yang kepepet yang mungkin tengah sangat membutuhkan. Sudahlah, untuk apa bertengkar untuk hal yang sudah berlalu ?"
0 komentar:
Posting Komentar