Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Senin, 13 April 2015

Membangun Kemandirian


Orang yang mandiri pasti menjadi dambaan siapapun
Dambaan setiap perusahaan terhadap calon karyawannya
Tidak Ada sukses besar, yang diperoleh secara mendadak
Sukses besar adalah akibat, dari perbuatan besar !
Kebanyakan manusia terbiasa dengan hal - hal instan, berharap semuanya bisa dengan mudah diperoleh tanpa kerja keras
Dambaan Negara terjadap tiap individu masyarakatnya
Kecerdasan seseorang makin terlatih dan terbentuk, oleh tantangan yang selalu datang


Sebuah penelitian dilakukan, dengan dua ekor tikus.

Tikus pertama di tempatkan di sebuah kandang luas, yang dilengkapi dengan berbagai mainan untuk merangsang tikus, melakukan banyak aktivitas. Dengan beragam fasilitas, tikus tersebut jarang terlihat tidur, terus menerus melakukan aktifitas.

Tikus kedua di tempatkan di dalam kandang yang sempit, hanya disediakan makanan tanpa fasilitas permainan. Hasilnya sangat mengejutkan. Tikus pertama sngat atraktif mandiri dan lebih cerdas. Sedangkan tikus kedua terlihat lesu, tidak menunjukkan semangat kecuali, makan dan tidur.

Seperti manusia, hewan ada yang mampu menggunakan daya instingnya. Ia belajar untuk tidak terjebak melakukan kesalahan berulang, hingga muncul pepatah yang mengatakan "Keledai tidak akan terantuk ke dua kali, pada lubang jalan yang sama." Kalimat itu menyatakan keledai belajar dari sejarah, agar tidak terantuk pada luka yang sama.



Lalu bagaimana dengan manusia yang dikaruniai Allah dengan segala kesempurnaan ? Jika hewan saja menyukai hal - hal dinamis dan mampu menggunakan instingnya untuk tidak melakukan kesalahan yang kedua kalinya, semestinya manusia yang sempurna akan mampu mempertahankan kedinamisan hidupnya.

Mengambil pengalaman dari hasil penelitian tikus tadi, ternyata tikus pertama yang dikondisikan dengan suasana penuh aktifitas, tampak lebih mandiri dibanding tikus yang ada dalam suasana membosankan. Manusia akan lebih mudah dibentuk ketimbang hewan. Orang yang mandiri biasanya mereka, yang banyak melakukan aktifitas. Dengan kesibukannya kemampuan manajerial akan tumbuh.

Mereka akan berfikir untung dan rugi, efisien dan efektif, cepat dan lambat. Pengalaman dan petualangan dalam beraktifitas akan menumbuhkan kemampuan manajerial. Ia akan membuat skala prioritas, penjadwalan pengaturan waktu dan pengelolaan sumber potensi. Dengan demikian kedewasaan dan kemandirian akan terbentuk seirama kesibukannya. Akhirnya situasi itu, membentuk pola kebiasaan hidup yang tertata.

Salah satu sifat Allah yang mendorong semangat untuk mandiri adalah Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri kokoh diatas kuasa diriNya. Sebagai seorang hamba yang taat terhadap Tuhannya, sudah selayaknya memiliki sifat ini, untuk melandasi semangat hidupnya. Semangat yang menyakini bahwa, ada kekuatan luar biasa dalam dirinya. Semangat yang diilhami denagn kemauan yang kuat, maka akan memenangkan kompetisi melawan pesaing sekuat apapun.

Orang yang mandiri banyak melakukan instropeksi, menemukan jati diri dan mengenali kemampuan dirinya. Dengan dapat mengenali dirinya, tahu apa yang telah terpenuhi dalam dirinya, tahu apa kebutuhannya, "Secara otomatis akan berusaha melakukan permberdayaan sumber - sumber potensi diri, untuk menghasilkan karya - karya nyata.

Dengan kemandirian maka setiap individu masyarakat akan sadar ikut berpartisipasi dalam membangun Negaranya. Ia bangga dan terus berharap dapat berkontribusi sebagai individu - individu produktif.

Jika jiwa tiap individu muslim mewarisi sifat kemandirian, sebagaimana diajarkan Allah, maka kapan dan dimanapun tidak akan merasa khawatir dan ragu. Diamanapun bekerja, akan menciptakan gagasan - gagasan kreatif untuk menghidupkan suasana kerja. Itulah sebabnya manajer personalia dalam suatu perusahaan mencari bibit - bibit pekerja yang memiliki jiwa kemandirian. Mandiri, lebih dibutuhkan ketimbang terampil.

Terampil hanya butuh berlatih dalam beberapa hari saja. Dalam skala kecil, sebuah perusahaan akan diuntungkan dengan memiliki pekerja mandiri. Karena, jiwa inovatif telah ada pada orang - orang yang mandiri. Dengan pekerja yang mandiri, tersimpan tanggung jawab dalam mengemban kewajibannya.

Jiwa mandiri mudah dikenali oleh siapapun sehingga perusahaan mudah menilai. Demikian pula Allah Maha Tahu kepada siapa manusia yang layak memperoleh pahal, bahkan pahala itu dilipat gandakan. Hal ini sesuai dengan FirmanNya dalam QS 2.261.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Orang yang mandiri pasti menjadi dambaan siapapun. Dambaan setiap perusahaan terhadap calon karyawanya. Dambaan Negara terhadap tiap individu masyarakatnya. Nabi pun berusaha merekrut dan memilih ummat yang mandiri, sebagaimana sabdanya "Ajarilah anakmu dengan berenang, memanah dan menunggang kuda."

Secara tekstual, berenang membentuk tubuh yang sehat. Secara filosofis berenang bermakna membangun keseimbangan, seimbang antara gara berat diri, dengan gaya air yang melawan. Dorongan internal diri yang terkontrol dengan pengaruh eksternal, agar terjadi keseimbangan. Memanah secara teknis menarik busur kuat - kuat, menghimpun tenaga untuk memberikan dorongan anak panah tepat mengenai sasaranya. Memanah secara tinjauan manajemen, adalah melakukan planning yang tepat, memberdayakan resources organisasi, focus pada sasaran yang ingin dicapai (goal setting). Sedangkan menunggang kuda identik dengan kepemimpinan (leadership) yakni pengaturan jalannya organisasi dan kemampuan mengatur resiko (risk manager), serta keberanian mengambil keputusan (decision making).

Harapan Nabi tadi jelas dialamatkan kepada watak kemandirian yang seharusnya dimiliknya oleh setiap individu muslim. Karena hanya dengan kemandiriannya, maka ummat akan melakukan produktivitas yang tinggi dan akhirnya dapat mensejahterakan diri, masyarakat dan negaranya.

Disadur dari Buku Inspiring Moslem Entrepreneur (IME) Memelihara Kesempurnaan Diri


Membangun Kemandirian Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar