Suatu hari sebagaimana biasanya, seorang mandor bangunan tengah mengamati gampar proyek dan hasil kerja para kuli bangunan lima lantai yang sedang digarapnya. Sambil berjalan, ia mengamati gambar bangunan tersebut dengan serius. Dalam kesempatan yang sama, salah seorang pekerja bangunan yang berada di lantai tiga berteriak memanggilnya. Akan tetapi sang mandor tetap berjalan dan tidak menghiraukan panggilannya. Tiba - tiba, pekerja tersebut mengambil batu kecil yang ia temukan di dekatnya dan melemparkannya ke arah sang mandor.
"Aduh, siapa yang melempar saya !" teriak sang mandor sambil menoleh ke atas dengan wajah yang marah.
"Saya, pak," jawab si pekerja dengan senyum.
"Maaf, pak, tepat di depan bapak ada kabel listrik yang putus. Berulang kali saya berteriak memanggil bapak, akan tetapi bapak tidak mendengarkannya. Maafkan saya terpaksa melempar bapak dengan batu itu agar bapak berhenti. Sekali lagi, maafkan saya."
Mandor tersebut melihat ke depan, dan betapa bersyukurnya ia, karena dua langkah di hadapanyya terdapat kabel listrik tegangan tinggi yang baru saya putus. Seandainya pekerja itu tidak melemparkan batu kepadanya, maka ia tentu sudah tersengat listrik tegangan tinggi dan bisa jadi nyawanya pun melayang.
Hikmah Di Balik Kisah
Dalam hidul ini kita seringkali menganggap musibah sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan dan menyusahkan. Padahal, bisa jadi tidak menyenangkan dan menyusahkan. Padahal, bisa jadi musibah itu adalah batu kebil yang dilemparkan Allah kepada kita, agar kita menoleh kepadaNya, agar kita mengingatNya. Oleh karena itu, jangan mengeluhkan musibah dan cobalah untuk menggali hikmah yang terkandung di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar