Menyajikan informasi tentang agama islam, rekaman MP3, dan video kajian islam.


      Untaian Mutiara      

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”(HR. Muslim no. 2963) ● Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414) ● "Kebajikan yang paling ringan adalah,dengan menunjukkan raut wajah berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut." (Sayyidina Umar bin Khattab r.a)

Rabu, 15 April 2015

Jangan Terlena Dengan Kesuksesan Dunia

Salah satu anugerah yang Allah berikan kepada kita adalah dengan hadirnya seorang belahan jiwa. Kehadiran seorang anak dalam kehidupan kita disamping sebuah anugerah, juga sebagai titipan yang harus kita pelihara dengan baik. Sebuah titipan nantinya akan di ambil oleh pemiliknya. Begitu juga anak yang Allah titipkan kepada kita, satu saat nanti akan Allah ambil dengan meminta pertanggung jawaban atas segala yang terjad pada titipan-Nya. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya “sesungguhnya setiap masing-masing dari kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta oleh Allah pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya”.



Ayah adalah orang yang pertama kali akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Diantara tanggung jawab seorang ayah kepada anaknya adalah memberikan pendidikan. Ada banyak macam pendidikan yang ada dari pendidikan dari TK sampai perhuruan tinggi. Akan tetapi yang diwajikan adalah pendidikan agama. Setiap muslimin dan muslimat wajib menunut ilmu lebih-lebih ilmu agama. Anak yang kita rawat dari kecil sampai besar tentunya membutuhkan pendidikan sebagai bekal hidup di dunia.

Fenomena yang terjadi saat ini, banyaknya orang tua yang bangga atas kesuksesan anaknya di bidang dunia, namun mengesampngkan pedidikan agama. Sebagai contoh disaat musim-musim Ujian, anak selalu diporsir untuk belajar demi mencapai nilai yang sempura. Hal ini mengakbatkan waktu ngaji anak tersita untuk belajar saja. Ini terjad bukan karena kesalahan orang tua. Akan tetapi tingkat kefahaman tentang pentingnya ilmu agama masih kurang.

Imam Al Ghazali menceritakan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin yaitu ada seseorang pada sat itu dihadapkan kepada Allah SWT, orang yang sudah tua renta.
Allah bertanya: wahai malaikat-Ku mengapa orang ini kau hadapkan kepada-Ku
Malaikat: Yaa Allah aku hadapkan kepada Engkau agar Engkau tau bahwa hamba-Mu ini orang yang luar biasa, bahwa hambamu ini orang istimewa dan spesial. Sholatnya luar biasa bukan hanya wajib bahkan sholat sunnahnya tidak ada yang ketinggalan. Zakatnya Yaa Allah, bukan hanya zakat bahkan dia bershodaqoh. Dari sisi amalan manapun orang ini termasuk orang yang istimewa dan spesial.
Sehingga Allah mengutus malaikat untuk mengantarkan ke surga Allah.

Ketika orang itu akan melangkahkan kakinya, disaat itu dibelakang orang itu berteriak “Yaa Allah Wahai Tuhanku hentikan langkahnya orang dholim itu Yaa Allah, aku menuntut keadilan kepadamu Yaa Allah, jangan jadikan kami masuk neraka dan celaka sedangkan penjahat itu mauk surga. Kami tidak rela Yaa Allah.” Sehingga orang tua tersebut mngedumel didalam hatinya sebelum dia memalingkan wajahnya kebelakang “kapan aku di dunia berbuat dholim, kapan aku di dunia mengambil hartanya orang, mengapa disitu ada orang yang mengatakan jika aku dholim dan penjahat. Padahal aku akan melangkahkan ke tempat yang aku nanti dan aku impikan.”

Dan pada saat itu diapun berpaling menghadap kebelakang, dengan sangat terkejutnya bahwa yang mengatakannya seorang penjahat dan dholim adalah keluarganya. Ini sangat menyesakkan hati, tidak lain adalah anak dan itrinya. Sehingga Allah memanggil kepada orang tua itu dan meminta agar orang uta itu memberikan pembelaan apakah benar apa yang dkatakan oleh keluargamu. Orang tua itupun menjawab “Yaa Allah aku akan berbicara lebih dulu dengan anakku. Wahai anakku sbelum engkau lahir ketika aku menikah dengan ibumu aku membayangkan alangkah sempurna hidup ini ada kelahiran seorang anak yaitu engkau. Ketika engkau lahir sudah aku siapkan segala apa saja yang engkau butuhkan. Bahkan ketika engkau menginjak dewasapun aku sekolhakna engkau di tempat yang berkualitas dan aku ignin engkau menjadi orang yang sukses, dan sekarang engkau menjadi orang yang sukses. Apalagi yang kau tuntut kepadaku?. Engkau wahai istriku sebelum aku menkahimupun aku sudah mempunyai pekerjaan yang mapan, aku sudah mempunyai rumah dan aku punya segalanya. Dan sebelum kau meminta nafkah kepadaku aku sudah memberkannya. Bahkan ketika aku sudah meninggal kalian berdua yang mewarisi hartaku. Apa yang kurang dari aku?”

Sehingga anak itu berkata “Yaa Allah betul apa yang dikatakan oleh orang tuaku itu benar Yaa Allah. Hanya saja orang tuaku memberikan kebutuhan duniaku saja tanpa memberikan kebutuhan akhiratku. Pernahkah dia mengajariku sholat, mengaji? Jikalau tidak dia yang bisa mengajariku semuanya maka sebisa mungkin dia mendaftarkanaku ke pondok. Apakah bapak yang seperti ini pantas dikatakan orang yang bertanggung jawab apakah ini yang dikatakan sebagai bapak yang pantas masuk surgamu Yaa Allah?.”

Dan istrinya menjawab “ketika aku keluar malam dalam keadaan terbuka auratku suamiku diam seribu bahasa, aku tidak diajari puasa, tidak diajari ngaji dan tidak diajari agama. Apakah suami yang seperti ini yang pantas masuk surgamu Yaa Allah?. Maka adililah kami dan keadilan yang datang dari-Mu Yaa Allah yang tidak akan tumpang tindih.”
Sehingga Allah dengan kemuliaan da kagungannya mengatakan “wahai orang tua dan keluargamu masuklah kamu ke dalam neraka. Maka inilah keputusanku karena engkau bertanggung jawab atas anak dan istrimu.”


Jangan Terlena Dengan Kesuksesan Dunia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Abdul Aziz

0 komentar:

Posting Komentar